Wakil Ketua MPR Ini Bersyukur Pancasila Banyak Dibicarakan

Jakarta, liputan.co.id – Sosialisasi Empat Pilar MPR RI dilakukan tidak lagi dengan menggunakan pola penataran, tapi menggunakan forum dialog yang selebar-lebarnya dan posisi MPR hanya sebatas mengingatkan bahwa bangsa ini memiliki nilai-nilai luhur warisan nenek moyang yang harus dijaga, dirawat dan dilestarikan.

Pernyataan tersebut dikatakan Wakil Ketua MPR RI Mahyudin saat memberikan sambutan sekaligus membuka acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bagi 400 mahasiswa-mahasiswi yang tergabung dalam Forum Mahasiswa Kalimantan Timur di Aula Universitas 17 Agustus 1945, di Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Kamis (24/8/2017).

Bersama mahasiswa dan mahasiswi juga hadir anggota MPR dari kelompok Dewan Perwakilan Daerah (DPD) M Idris, dan Rektor Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda Marzoni Rahmat.

“Dulu saya mendapat penataran P4, tetapi apa yang dilakukan MPR sekarang bukan untuk menyampaikan penataran seperti dahulu, tapi mengingatkan kembali kalau kita memiliki nilai-nilai luhur peninggalan nenek moyang yang harus terus dijaga, dirawat dan dilestarikan,” kata Mahyudin.

Sosialisasi Empat Pilar ujar dia dibutuhkan karena masuknya nilai-nilai asing ke Indonesia tanpa henti berjalan melalui berbagai media. Karena itu, MPR merasa perlu untuk menyosialisasikan Empat Pilar MPR RI agar keutuhan NKRI bisa terjaga. Apalagi saat ini banyak muncul kelompok masyarakat yang hendak memerdekakan diri dari NKRI.

Yang terpenting dari upaya sosialisasi yang dilakukan MPR kata politikus Partai Golkar itu adalah bagaimana rakyat Indonesia bisa kembali memahami kembali Pancasila dan nilai-nilai luhur bangsanya. Ini sangat penting di saat bangsa ini pasca reformasi bergulir tidak lagi memahami, mempelajari apalagi mengimplementasikan Pancasila dan nilai luhur bangsa. Ditambah lagi berbagai konflik SARA pra dan pasca Pilkada DKI yang sudah dalam taraf yang mengkhawatirkan dan menganggu persatuan bangsa.

“Pemahaman Pancasila dan nilai luhur bangsa saat ini jauh berbeda dengan masa lalu. Saat ini sosialisasi oleh MPR dilakukan dengan berbagai metode seperti melalui seni budaya, outbound untuk para mahasiswa, lomba cerdas cermat Empat Pilar untuk pelajar SLTA, berbagai seminar dan diskusi serta training of trainers untuk para profesional dan akademisi,” ungkapnya.

Yang diharapkan MPR, lanjut Mahyudin, usai mengikuti sosialisasi, para peserta mampu memahami dilanjutkan dengan implementasi dalam kehidupan sehari-hari serta memberikan pemahaman kepada lingkungannya masing-masing.

“Kami bersyukur bahwa Pancasila kini sudah banyak dibicarakan, dipahami kembali oleh seluruh rakyat Indonesia. Ini sangat luar biasa sebab, metode yang dilakukan tidak ada sama sekali indoktrinasi dan pemaksaan. Yang ada rakyat Indonesia menyadari dengan kesadaran tinggi pentingnya Pancasila dan nilai luhur bangsa untuk persatuan dan kesatuan bangsa,” katanya.

Selain itu, Mahyudin juga mengingatkan bahwa sering terjadi eksploitasi issu SARA pada setiap pemilihan kepala daerah dengan tujuan untuk saling menjatuhkan.

“Ini yang harus dicamkan. Setiap agama mengajarkan untuk menjalankan segala perintah Tuhan melalui kitab suci-Nya. Contoh Islam, bukan rasis jika Islam memilih calon pemimpin yang beragama Islam sebab itu adalah perintah agamanya. Tapi menjadi salah jika kita melarang orang untuk mencalonkan diri dan menjatuhkannya dengan memakai isu SARA,” imbuhnya.

Komentar