@Fahrihamzah: Kita Punya Mimbar Di Istana, Pak Presiden, Mulailah Berbicara

Jakarta, Liputan.co.id – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah mengungkap sisi lain keseharian Presiden Amerika Serikat Donald Trump dengan Presiden Indonesia Joko Widodo.

Berikut sisi yang disajikannya lewat akun Twitter @Fahrihamzah, Rabu (18/10/2017) pagi mengenai aktivitas komunikasi publik dari dua negara besar itu.

Lihatlah di CNN dan Fox News. Presiden Amerika tiap hari ngomong aja kerjanya. Di channel lokal presiden kita kerja aja kerjanya.

Di Amerika ada istilah yang menjadi istilah politik umum; Bully Pulpit. Itulah dasar pemimpin Amerika banyak bicara.

Kata Bully kita tahu artinya “menggertak” bahkan sekarang banyak berkonotasi negatif. Kata pulpit artinya “mimbar”.

Tapi Bully Pulpit sebagai konsep adalah penggunaan posisi publik yang berpengaruh untuk meyakinkan publik.

Di sini kata Bully bermakna positif. Orang yang memiliki mimbar harus punya kesadaran untuk meyakinkan bangsanya.

Itulah yang setiap hari dilakukan presiden Amerika sehingga mereka bisa meyakinkan bangsa besar untuk berubah.

Dalam tradisi presidensialisme Amerika ada menteri urusan media (Press Secretary) yang saban hari masuk TV dan bicara.

Dan menteri ini tugasnya melayani media sampai puas dan gak ada pertanyaan lagi. Supaya utuh pesannya.

Jadi baik presiden maupun juru bicaranya sangat aktif bahkan agresif untuk bicara. Karena bicara adalah kewajiban utama.

Di tempat kita, pemimpin yang banyak bicara dianggap kurang baik reputasinya.  Dianggap gak kerja alias “ngomong doang”.

Lalu, presiden kita pun menganggap banyak bicara gak bagus. Semboyannya kerja.. kerja.. kerja…

Presiden lupa bahwa dalam kapasitas sebagai presiden dari negara berpenduduk besar dan tersebar bicara itu utama.

Bangsa ini terbentuk karena pidato. Solidaritas sebagai bangsa kita dibangun melalui narasi yang mengalir dari lidah pemimpin.

Bahkan Bung Karno menyebut dirinya sebagai “penyambung lidah rakyat Indonesia”. Dia yg mengeja kosa kata INDONESIA!

Pidato Sukarno bahkan menggelegar mengubah wajah dunia. Melahirkan kemerdekaan bangsa-bangsa di dunia.

Sekarang penduduk Indonesia tambah banyak, wilayah kita luas tapi terancam berkurang oleh banyak alasan.

Salah satu sebabnya adalah karena setiap pagi kita bangun kita tidak melihat seseorang berbicara dengan lantang.

Setiap pagi kita bangun dengan berita tangkap tangan. Dan tak seorangpun bisa menjelaskan kenapa ini terus berjalan?

Suatu bangsa pemimpinnya lebih banyak diam dan membiarkan bangsanya bangun bagi dengan ketiadaan tujuan.

Alangkah malang nasib kita. Karena istana tidak memancarkan aura kebangkitan tapi kelemahan dan keputusasaan.

Nanti begitu ada masalah, presiden memberi keterangan singkat, “jangan gaduh” padahal masalah gak selesai.

Padahal, menunda masalah adalah merakit bom waktu. Wallahualam.

 

Komentar