Penderita Depresi dan Kisah Perjuangan Mereka untuk Hidup

Depresi adalah salah satu gangguan mood yang tidak pernah boleh dianggap enteng. Membiarkannya tanpa pertolongan medis dapat membahayakan diri si penderita itu sendiri.

Berat badan yang naik atau turun, fisik yang sakit-sakitan, penyalahangunaan obat-obatan, serangan panik, keinginan untuk mengisolasi diri, melukai diri sendiri bahkan hingga mengakhiri hidup kerap menjadi satu-satunya jalan keluar mereka dari penderitaan.

Selain mengkonsumsi jenis obat tertentu, melewati beberapa jenis terapi dan berolahraga, berbagi tentang kondisi mereka kepada oran lain juga dinilai efektif dalam mengurangi beban mental yang mereka rasakan.

Inilah yang coba dirangkum oleh profesor dari MIT, Daniel Jackson dalam bukunya yang berjudul “Portraits of Resillence,” buku yang merangkum tentang bagaimana penderita depresi memandang dunia ini.

Dengan buku itu, ia berharap agar mereka yang tengah berjuang dengan kondisi ini dapat diberikan kekuatan dan ketentraman dalam hatinya.

Berikut ini beberapa curahan isi hati dari para penderita depresi yang mungkin bisa membantu mereka yang juga berjuang dengan kondisi yang sama:

Justin Bullock

“Ketika saya mengilas balik, rasa yang paling menyakitkan adalah ketika saya melihat teman-teman saya berjuang keras untuk membantu saya. Mereka menjenguk saya di kamar dan yang saya lakukan hanyalah melihat ke layar komputer tapi tidak ke mereka. Berbicara pun tidak. Saya tidak bisa atau tak mau. Namun ketika mereka pergi, saya ingin mereka tetap tinggal. Namun untuk apa mereka tinggal kalau bahkan tidak berinteraksi dengan mereka sama sekali?”

Eva Breitenbach

“Saya adalah orang yang pendiam, namun banyak tersenyum. Namun senyuman itu lebih mirip meringis daripada sebuah senyuman. Ringisan itu menjaga saya tetap tersadar, sebab itu saya jarang berekspresi, karena jika ketika saya tidak meringis, Anda tidak akan pernah tau apa yang ada dalam pikiran saya ini.”

John Belcher

“Depresi terjadi ketika Anda terjebak di dalam pikiran Anda sendiri. Anda harus bisa keluar dari tempat yang aneh itu. Jika Anda berbagi dengan orang lain, hal itu dapat memberikan perspektif dari permasalahan yang sedang dihadapi dan menghindarkan Anda dari jebakan itu. (Berbagi dengan orang lain) adalah solusi yang baik untuk bertahan hidup.”

Haley Cope

“Saya mulai menulis tentang kisah hidup saya dan mencoba untuk mengerti apa yang salah dari hidup ini. Tadinya tujuan saya adalah menulis kisah ini lalu mengakhiri hidup saya. Namun karena saya belum menyelesaikannya dalam tenggang waktu (yang saya buat sendiri), membuat keinginan saya untuk bunuh diri menjadi sirna. Ini yang menjaga saya tetap hidup.”

Karen Hao

“Bagian paling menyeramkan dari depresi ini adalah ketika aku melihat pantulan diriku di cermin, namun tidak mampu mengenali diriku sendiri.”

Mary Tellers

“Anda harus percaya bahwa ada yang namanya secercah harapan. Namun saya tidak yakin apakah semua orang dapat merasakannya. PTSD bukanlah sesuatu yang dapat dengan mudah diatasi, namun saya yakin bisa. Dan itulah yang membuat saya merasa lebih baik. Saya mungkin tidak selamanya dalam kondisi baik dan akan kembali lagi ke jurang kegelapan itu lagi. Setidaknya saya punya peralatan (harapan) untuk memanjat kembali jurang itu.”

Sathya Silva

“Saya telah kehilangan kepercayaan diri dan semuanya tentang diri saya. Saya seperti mayat hidup yang hanya melihat orang dari sisi buruknya. Kalau diingat-ingat, gak heran jika tidak ada orang yang mau berteman dengan saya. Saya sadar dan harus berubah.”

(ruf)

Komentar