Pemerintah Dinilai Kurang Memperhatikan Kesejahteraan Lansia

Jakarta, liputan.co.id – Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Dedi Iskandar Batubara menilai pemerintah kurang memberikan perhatian kepada kesejahteraan lanjut usia (lansia). Padahal harapan hidup lansia saat ini telah meningkat, namun sisi lain berbanding terbalik dengan masalah kesehatan dan sosial.

“Kesejahteran lansia kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah baik kesehatan maupun sosial. Permasalahan itu perlu menjadi perhatian bersama dengan meningkatnya harapan hidup lansia,” kata Dedi  saat rapat dengar pendapat umun dengan Pusat Kajian dan Layanan Lansia, di Gedung DPD RI, Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Selasa (9/10).

Pada sektor kesehatan lanjut dia, seharusnya untuk lansia tidak hanya mengatasi penyakit juga memberikan semangat hidup atau dukungan moril sehingga masyarakat bisa memberikan kesempatan dan ruang bagi mereka. “Tentunya dengan adanya dorongan moril akan membantu memberikan semangat bagi lansia,” kata Senator Sumatera Utara itu.

Dikesempatan yang sama, Anggota Komite III DPD RI Ahmad Sadeli Karim menilai saat ini pelajaran budi pekerti di sekolah sudah tidak ada lagi. Menurutnya, hal tersebut mengakibatkan kurang perhatian kepada orang tua dan para lansia. “Pelajaran budi pekerti merupakan basic bagi generasi muda. Maka saat ini kebanyakan anak-anak sekarang tidak peduli dengan orang tua,” papar dia.

Ahmad Sadeli juga meminta kepada pemerintah agar pelajaran budi pekerti bisa diterapkan kembali di sekolah-sekolah. Selain itu, keluarga juga menjadi faktor penting untuk bisa saling mengerti antara anak dan orang tua. “Tentunya kita harus mengusulkan pemerintah agar pelajaran itu bisa diterapkan kembali,” sarannya.

Dalam rapat Euis Sunarti dari Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen menjelaskan kesejahteraan lansia merupakan keniscayaan, mengingat jumlah lansia di Indonesia semakin meningkat. “Berdasarkan data proyeksi penduduk diperkirakan tahun 2017 terdapat 23,66 juta jiwa penduduk lansia,” tegas dia.

Menurutnya, diprediksi jumlah penduduk lansia tahun 2020 (27,08 juta), di tahun 2025 (33,69 juta), dan pada 2035 (48,19 juta). Dari tahun 2015, Indonesia sudah memasuki era penduduk menua karena jumlah penduduknya berusia 60 tahun ke atas melebihi 7 persen. “Komposisi penduduk tua bertambah dengan pesat disebabkan penurunan angka kelahiran, kematian, dan peningkatan angka harapan hidup,” cetus Euis.

Euis menambahkan, kesehatan menjadi permasalahan yang mendominasi penduduk lansia. Artinya hal itu menyebabkan menurunnya kemampuan fisik dan mental. “Alhasil menyebabkan membutuhkan pelayanan kesehatan meningkat,” paparnya.

Sementara itu, Tukino dari Pusat Kajian dan Layanan Lansia Tukino mengatakan penuaan penduduk menjadi isu yang dihadapi banyak negara tak terkecuali Indonesia. Namun seharusnya para lansia masih dapat berpatisipasi dan aktualisasi diri. “Maka lansia tidak selalu dinilai dari segi ekonomi,” ujar dia.

Ia menilai permasalahan yang mendominasi penduduk lansia di Indonesia, yaitu proporsi lansia semakin besar sehingga memerlukan perhatian dan perlakuan khusus dalam pelaksanaan pembangunan. “Proses penuaan memiliki tiga aspek yaitu biologis, ekonomi, dan sosial. Tiga hal ini yang menjadi pekerjaan rumah bersama,” kata Tukino.

Komentar