2019, Ditjen PSP Canangkan Optimasi Lahan Rawa 500.000 Ha

JAKARTA – Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) mencanangkan program optimasi lahan rawa seluas 500.000 Hektar (Ha) tahun ini. Upaya pemanfaatan lahan rawa dengan pola optimasi lahan ini telah mulai dirintis sejak tahun 2016.

“Pada tahun 2016 telah dilakukan optimasi lahan rawa seluas 4.299 Ha, tahun 2017 dilakukan optimasi lahan rawa seluas 5.016 ha dan pada tahun 2018 seluas 44.250 Ha,” sebut Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dadih Permana.

Dadih Permana mengatakan, Kementan membuat pilot percontohan lahan pertanian terpadu yang dikembangkan melalui kegiatan optimasi lahan rawa. Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan Jejangkit, Kabupaten Barito Kuala, Propinsi Kalimantan Selatan pada bentangan potensi lahan rawa seluas 4.000 Ha.

“Kegiatan tersebut telah berhasil mengubah wajah pertanian rawa di Jejangkit, yang awalnya banyak lahan yang tidak dikelola karena faktor-faktor masalah pada lahan rawa, saat ini lahan rawa di sana telah dikelola dan ditanami dengan tanaman padi,” ungkap Dadih Permana.

Direktur Perluasan Dan Perlindungan Lahan Ditjen PSP Kementan Indah Megahwati menambahkan, kegiatan pilot percontohan lahan pertanian terpadu yang dikembangkan melalui kegiatan optimasi lahan rawa bertumpu pada sejumlah kegiatan.

Di antaranya pembuatan polder keliling dan tanggul pada saluran tersier dengan menggunakan excavator, normalisasi kanal sekunder pada daerah irigasi rawa Jejangkit dengan menggunakan excavator
dan pembuatan saluran tersier baru untuk membawa air hingga ke tengah lahan.

“Selain itu juga dibuatkan pintu-pintu air yang berfungsi sebagai pengatur air pada saluran-saluran di lokasi lahan.
Juga ada penggunaan pompa aksial yang memiliki kapasitas besar,” ungkap Indah.

Program ini juga melibatkan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan). Seperti traktor roda 2, traktor roda 4 dan bulldozer D21 yang didesain khusus untuk lahan rawa untuk proses pengolahan lahan.

Selain itu, juga dilakukan langkah menaikkan pH tanah dengan menggunakan berbagai teknologi. Di antaranya penggunaan amelioran kapur pertanian dan mikroba tanah.

“Juga dilakukan pemanfaatan decomposer hasil riset Balittra untuk mempercepat proses penguraian sisa-sisa rumput belukar yang dibersihkan. Sehingga tidak diperlukan pembakaran. Dan Penggunaan benih resisten genangan dan kemasaman, seperti Inpar,” jelasnya.

Pola optimasi lahan rawa yang dilaksanakan Kementan ini telah terbukti berhasil membalikkan kondisi rawa yang suram, menjadi harapan sumber penghasil pangan masa depan.(*)

Komentar