Malaysia dan Singapura Kembali Ramaikan Festival Barongsai 2019

KARIMUN – Tak kurang dari 14 tim terdaftar sebagai peserta Festival Barongsai yang akan berlangsung di Tanjung Balai Karimun, Provinsi Kepulauan Riau, tanggal 26-27 April mendatang. Dari jumlah tersebut, 4 tim diantaranya berasal dari Malaysia, 3 tim dari Singapura, dan selebihnya dari masyarakat setempat.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizky Handayani mengatakan, tahun ini adalah kali kedua pelaksanaan Festival Barongsai. Tahun lalu, ada 12 tim yang meramaikan event ini. Sebanyak 30% slot diisi tim dari Malaysia dan Singapura, sisa slot dibagi merata pada tim-tim asal Kepri. Tuan rumah sendiri diberi 2 slot.

“Bagi pecinta barongsai, ada baiknya Anda luangkan waktu berlibur di penghujung April nanti. Acara lomba digelar dengan berbagai kategori, dan pastinya bakal memukau para penonton,” ujarnya, Minggu (13/4).

Festival Barongsai juga akan dimeriahkan seni tradisi lain yang mengangkat kearifan lokal. Dalam hal ini, Pusat Latihan Seni Pelang Budaya Karimun akan mempersembahkan Tari Persembahan serta hiburan kolaborasi etnis Tionghoa dan Melayu. Lagi-lagi, dua budaya dari etnis berbeda bersatu menunjukkan keharmonisan.

Asdep Bidang Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati menyatakan, Festival Barongsai 2019 akan dipusatkan di Panggung Rakyat Puteri Kemuning (Coastal Area), Tanjung Balai Karimun. Tempat ini memang biasa digunakan sebagai perhelatan acara atau kegiatan yang sifatnya resmi ataupun tidak resmi.

“Tempat ini sangat luas dan mampu menampung banyak orang. Coastal Area juga berdekatan dengan pusat kota serta pelabuhan domestik dan internasional. Ada banyak pedagang kuliner di sini, mulai dari nasi goreng, mie goreng, lakse, teh tarik, aneka jus, sop buah, dan lain-lain,” ucapnya.

Diakuina, atraksi barongsai di Indonesia sudah menjadi hiburan bagi masyarakat umum. Seperti halnya reog dan kuda lumping, penikmatnya bukan lagi berasal dari kelompok masyarakat tertentu. Semua sudah berbaur. Kendati pemainnya masih dominasi warga keturunan, barongsai menjadi budaya yang mulai diakui keberadaaannya di Tanah Air.

Kepala Dinas Pariwisata Kepulauan Riau Boeralimar menyatakan, Kabupaten Karimun termasuk ke dalam wilayah yang sangat strategis untuk pengembangan kegiatan ekonomi. Letaknya berbatasan langsung dengan dua negara tetangga, yakni Malaysia dan Singapura. Serta hanya disatukan dengan perairan Selat Singapura (Phllipchannel).

Selain itu, wilayah administrasi Kabupaten Karimun berbatasan dengan Kota Batam, sebagian Kepulauan Riau dan sebagian wilayah Provinsi Riau. Berdasarkan aspek geostrategisnya, maka Kabupaten Karimun menjadi salah satu dari empat kabupaten yang sebagian wilayahnya ditetapkan sebagai Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB atau Free Trade Zone).

“Dengan potensi tersebut, guna meningkatkan kunjungan dan pendapatan perekonomian daerah dari sektor pariwisata, Pemerintah Kabupaten Karimun melaksanakan event-event pariwisata berskala nasional dan internasional. Salah satunya Festival Barongsai,” jelasnya.

Sementara itu, Menteri Pariwisata Arief Yahya menegaskan, sejauh ini atraksi budaya masih menjadi magnet terbesar untuk menarik wisatawan. Data yang ada, 60 persen wisatawan datang ke Indonesia karena budaya. Sisanya 35 persen karena alam, dan 5 persen karena faktor buatan. Seperti meeting, incentive, conference, danexhibition (MICE), wisata olahraga, dan hiburan.

“Dari sisi atraksi, budaya kita jelas sangat kuat. Ini yang harus dikelola secar serius bersama-sama. Barongsai sendiri memang berasal dari budaya Tionghoa. Tapi kita tidak bisa menutup mata bahwa budaya ini ikut berkembang di antara kita dan bisa dipentaskan di Tanah Air,” jelasnya.(*)

Komentar