Mantan Jubir Gus Dur: Kira-kira Kalimatnya, Saya Mau Menang, Kalian Mau Apa?

Jakarta – Koordinator Gerakan Indonesia Bersih Adhie M Massardi mengatakan pemilihan umum (Pemilu) serentak 2019 yang ditunjang oleh teknologi informasi telah mendorong pesta demokrasi rakyat menjadi tidak masuk akal dan sulit diterima logika berkompetisi.

Akibatnya menurut Adhie, Pemilu bukan lagi menjadi ajang kompetisi elektoral, tapi mengarah kepada adu kekuatan politik menang-menangan yang diwarnai dengan berbagai dugaan kecurangan.

“Disaat Pemilu yang ditunjang oleh teknologi informasi, terjadi berbagai macam yang tidak masuk akal dan di luar logika kompetisi. Pemilu bukan lagi kompetisi elektoral tapi sudah mengarah kepada adu kekuatan politik yang mengarah menang-menangan serta dugaan terjadi curang-curangan,” kata Adhie saat berdiskusi dalam Forum Tebet, dipandu wartawan senior Arief Gunawan, di kawasan Tebet Barat, Jakarta Selatan, Senin (22/4/2019).

Akibatnya ujar mantan juru bicara Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu, terjadi satu ketidakpercayaan publik bahkan kadang-kadang juga tidak percaya terhadap diri sendiri.

“Kalau fenomena ini dibiarkan sampai hari ‘H’, maka akan semakin kencang turbolensinya. Kita harus sadar ini bukan lagi soal angka tapi sudah pertarungan adu kuat politik yang sudah masuk ke ranah nonelektoral. Kira-kira kalimatnya, saya mau menang, kalian mau apa? Tak perlu lagi Formulir C1,” tegasnya.

Adhie menduga, kondisi ini terjadi karena banyak penumpang gelap yang sudah menikmati enaknya kekuasaan. Tidak jadi penting lagi hoaks atau bukan, yang penting menang.

Selain itu, Adhie juga mengkritisi prilaku yang berkedok demokrasi namun menguasai media dan lembaga survei. Kalau didiamkan saja ujarnya, ini sangat membahayakan civil society.

“Saya berharap segera muncul civil society baru yang efektif memperbaiki keadaan yang seolah-olah kompetisi elektoral sedangkan yang terjadi adalah peristiwa adu kuat,” pungkasnya.

Komentar