Seblang Olehsari Banyuwangi Bawa Banyak Kebahagiaan di Hari Raya

BANYUWANGI – Berlebaran di Banyuwangi memang selalu membawa banyak kebahagiaan. Setelah Barong Ider Bumi, ada Seblang Olehsari yang menebarkan pesona. Tradisinya langsung jadi buruan wisatawan dan domestik, Jumat (7/6).

Ritualnya sangat unik. Sangat khas. Apalagi, penarinya menggunakan mahkota dari untaian daun pisang dan aneka bunga. Masyarakat Olehsari Banyuwangi biasa menyebutnya Omprok. Saking uniknya Bupati Banyuwangi, Abdullah Azwar Anas sampai mengeluarkan statemen bahwa tradisinya bisa menjadi trademark. Ciri khas kesenian dan kebudayaan Banyuwangi selain Tari Gandrung.

“Kalau boleh saya katakan, ritual adat Seblang Olehsari ini merupakan salah satu trademarknya Banyuwangi. Ini selalu dinantikan setiap tahunnya,” kata Bupati Anas, Jumat (7)6).

Tradisi Seblang yang digelar tiap awal Syawal ini dipercaya ‎bisa menghilangkan mara bahaya dan pagebluk. Ritual menarinya unik. Sangat tak biasa. Penarinya menari dalam kondisi kerasukan arwah leluhur. Dan penarinya harus gadis muda. Lakonnya perempuan yang ditunjuk leluhur melalui mediasi makhluk halus. Gadis yang telah “ditunjuk” ini akan menari-nari dengan mata tertutup di pentas bundar mengikuti iringan musik tradisional Banyuwangi. Dan ritualnya, digelar selama 7 hari berturut-turut. Biasanya dimulai pukul 14.30 hingga menjelang Maghrib.

Untuk tahun ini, penari Seblang yang ditunjuk tetuah warga Olehsari, sama dengan tahun sebelumnya. Namanya, Susi Susanti. Dua tahun ini, Susi ditunjuk sebagai penari Seblang.

“Ritual Seblang diawali dengan selamatan di empat titik. Dua di antaranya makam sesepuh desa setempat, Ki Buyut Ketut dan Ki Buyut Cilik,” timpal Kadispar Banyuwangi MY Bramuda.

Ritual Puncaknya juga seru. Penari Seblang digiring ke arena. Setelah sang pawang mempersembahkan sesaji, sang penari mulai kesurupan. Dengan alunan gamelan khas, penari menari berkeliling arena berbentuk bulat. Dua orang pengiring ikut mendampingi penari. Selama menari, puluhan gending khusus berbahasa Using dilantunkan oleh para ibu. “Ini sudah tradisi turun-temurun. Konon sudah dimulai sejak tahun 1930-an,” sebut Kepala Bidang Pemasaran I Area I (Jawa) Kemenpar Wawan Gunawan.

Tradisinya kaya makna. Kaya cerita. Dari paparan Adella Raung, Asdep Pemasaran I Regional II Kemenpar, Seblang bermakna menghilangkan pengaruh buruk. Karena itu gaya tarian ini membuang tangan ke kanan atau ke kiri. “Seblang ini kalau ikut bahasa Using singkatan dari Sebele Ilang (hilang sialnya-red). Jadi, biar semua hal yang tidak menyenangkan seperti penyakit dan bala-bala lain yang tidak menyenangkan ini hilang, dan berharap kemakmuran,” ujar dia.

Di akhir tarian, penari Seblang pun membagikan bunga yang ditancapkan pada lidi. Biasanya disebut dengan Kembang Dermo. Kembang Dermo ini diyakini bisa mendatangkan kemakmuran bagi yang memilikinya.

Tradisi seperti ini langsung direspon Menpar Arief Yahya dengan mengangkat emoji tiga jempol. Menurut Arief Yahya, budaya menjadi salah satu alasan wisatawan mau liburan ke suatu daerah. Karena itu budaya harus dilestarikan mengingat memiliki nilai ekonomis. “Ini laku dijual untuk turis mancanegara,” ungkap Arief Yahya.

Untuk itu Arief Yahya mendorong agar para penggiat kebudayaan mampu menghasilkan daya kreasi yang bernilai komersil tinggi. “Yang terpenting, budaya harus terus dilestarikan. Semakin dilestarikan, akan makin mensejahterakan,” tambahnya. (*)

Komentar