Batik Sepiak Belitung Mencuri Perhatian di Titik Temu 2019

BELITUNG – Ada satu hal yang menarik perhatian selama event Titik Temu Belitung 2019. Yaitu, Batik Sepiak. Batik ini bisa dengan mudah dijumpai bila kita berkunjung ke Belitung. Corak yang berada di Batik Sepiak, menjadi representasi kekayaan alam di Belitung.

“Belitung memiliki banyak memiliki potensi pariwisata yang luar biasa. Alam dan budayanya eksotis. Hal ini juga terlihat dari corak batik khas Belitung. Sama seperti daerah lainnya, Belitung juga memiliki corak khas batiknya sendiri,” ungkap Bupati Belitung Sahani Saleh, Minggu (30/6).

Batik Sepiak dirintis mulai 2010 dengan label awal Rumah Batik. Waktu itu, coraknya masih didominasi sentuhan Jawa. Setahun berikutnya, inovasi besar dilakukan. Corak lokal dengan obyek Daun Simpor mulai diterapkan 2011. Pemilihan Daun Simpor sebagai motif karena mengacu tradisi. Daun Simpor ini lekat dengan keseharian masyarakat Belitung. Flora tersebut kerap digunakan sebagai pembungkus.

“Batik Sepiak menjadi cinderamata para wisatawan yang berkunjung ke Belitung. Motifnya memang sangat khas. Mencirikan budaya dan kebiasaan masyarakat Belitung. Inspirasinya tetap diambil dari alam sekitar di sini,” kata Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Belitung Hermanto.

Batik Sepiak lalu didaftarkan sebagai hak cipta pada 2013. Seiring waktu, beragam motif batik khas Belitung pun muncul. Selain Daun Simpor, ada juga motif Kantong Semar. Familiar juga sebagai Ketuyut atau Ketakong, motif tersebut sebagai representasi kekayaan Belitung. Motif lainnya adalah Keremunting yang merupakan buah hutan dan kerap dinikmati masyarakat.

“Batik Sepiak menjadi bagian kekayaan budaya Belitung. Selain motifnya, warna-warna yang muncul juga menarik. Pokoknya Batik Sepiak ini sangat cocok sebagai oleh-oleh dari Belitung. Setiap saat batik-batik ini bisa dinikmati,” terang Asdep Bidang Pemasaran I Regional I Kemenpar Dessy Ruhati.

Keindahan motif batik ini dibuat dengan cara tulis dan cetak. Warna dasar yang digunakan adalah warna-warna cerah. Ada warna dasar merah, oranye, hijau, biru muda, hingga hitam. Hasilnya, obyek batik khas Belitung ini semakin terlihat.

“Komposisi yang dihasilkan batik ini sangat indah. Batik Sepiak makin memperkaya budaya,” jelasnya.

Batik Sepiak kini memiliki banyak sekali motif. Jumlahnya sekitar 30 motif batik. Dari jumlah tersebut 11 diantaranya sudah memiliki hak cipta. Lebih menarik lagi, Batik Sepiak tersebut memberi andil terhadap ekonomi kerakyatan. Sebab, proses peroduksinya melibatkan masyarakat Belitung termasuk juga anak-anak penyandang disabilitas.

“Sebagai industri, keberadaan Batik Sepiak sangat menarik. Sebab, ada banyak orang yang dilibatkan di sana. Mereka sama-sama berkarya untuk menghasilkan produktivitas. Batik Sepiak tersebut juga jadi ‘Titik Temu’ yang menghasilkan kesejahteraan melalui ruang lingkup pariwisata. Bila arus wisatawan kuat di sana, potensi industri batik mendapat manfaat ekonomi pun semakin besar,” tegas Dessy lagi.

Batik Sepiak dibanderol dengan harga beragam. Mulai dari Rp75 Ribu hingga Rp500 Ribu per meter. Harga sangat bergantung dengan kerumitan pembuatan dan bahan yang digunakannya. Batik ini kerap mengikuti pameran di Jakarta, Jepang, Tanzania, dan Kamboja. Dalam waktu dekat, Batik Sepiak dakan didisplay di Korea Selatan.

Konsep marketingnya juga modern. Batik Sepiak dipasarkan secara online melalui Bukalapak dan media sosial. Bila berada di Belitung, batik tersebut juga bisa dijumpai di Sepiak Belitong Store. Alamatnya ada di Batu Itam, Sijuk, Belitung. Outletnya juga tersebar di Kota Tanjung Pandan (kawasan kv Senang), Hotel Bahamas, Hotel BW Suite, Hotel Santika, , Bandara pangkal pinang, hingga di SMESCO, Jakarta.

“Batik Sepiak memiliki karakter khas yang unik. Batik tersebut memiliki potensi pasar menjanjikan. Saat ini tinggal terus mendorongnya. Harapannya, agar marketnya semakin kuat. Untuk itu, Kemenpar terus menguatkan pariwisata Belitung melalui aktivitas pariwisata. Dengan begitu, masyarakat mendapat manfaat besar untuk kesejahteraan,” tutup Menteri Pariwisata (Menpar) Arief Yahya yang juga Menpar Terbaik ASEAN tersebut. (*)