Dukung Yadnya Kasada, Tokoh Adat Tengger Berterimakasih pada Kemenpar

BROMO – Masuknya Upacara Yadnya Kasada dalam Calendar of Event (CoE) Kementerian Pariwisata, membuat agenda tahunan ini semakin mendunia. Dikemas dalam kegiatan bertajuk Eksotika Bromo 2019, acara yang berlangsung tanggal 13-18 Juli ini sukses mendatangkan ribuan wisatawan. Banyak sekali turis asing berseliweran di antara pelancong domestik yang berkunjung ke sana.

Dukun Pandita atau Tokoh Adat Tengger, Sutomo, mengucapkan terimakasih pada pemerintah. Khususnya Kementerian Pariwisata yang sangat mensupport kegiatan Yadnya Kasada. Ia mengaku bangga karena kegiatan ini memberi berkah atau keuntungan bagi banyak orang. Terutama masyarakat di sekitar Bromo yang sangat merasakan dampak ekonominya.

“Dengan ramainya wisatawan yang datang, otomatis perputaran ekonomi juga mengikuti. Usaha-usaha terkait kepariwisataan, semua diuntungkan selama kegiatan Yadnya Kasada berlangsung,” ujarnya, Kamis (18/7).

Sementara Petinggi Desa Ngadisari, Supoyo, menjelaskan Yadnya Kasada adalah ritual penyeimbang alam. Dimana dalam hidup, manusia juga wajib menjaga kelestarian alam dan bukan justru merusaknya.

“Jangan menuntut hak saja. Tapi kewajiban juga harus dilaksanakan, sehingga terjadi keseimbangan. Ini penting, karena sejatinya untuk kelangsungan hidup manusia itu sendiri,” terangnya.

Staf Khusus Menpar Bidang Publikasi dan Media Don Kardono mengatakan, masyarakat Tengger memang sangat menghargai alam. Beragam tradisi nenek moyang terus dilestarikan hingga sekarang, salah satunya upacara sakral Yadnya Kasada.

“Bahwa sekarang Yadnya Kasada diangkat dalam event pariwisata nasional dan masuk CoE Kemenpar, ini tentu sebagai bentuk penghargaan atas tradisi tersebut. Selain itu, dari sektor pariwisata memang sangat berpotensi mendatangkan wisatawan,” ungkapnya.

Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran I Kemenpar Rizki Handayani menyatakan, Eksotika Bromo 2019 menjadi satu rangkaian acara yang utuh. Perpaduan antara kegiatan pariwisata yang menampilkan atraksi kawasan Gunung Bromo, dan tradisi masyarakat Tengger yang sudah mengakar sejak berabad-abad lamanya.

“Selain berwisata, pengunjung bisa sekaligus mengenal tradisi masyarakat setempat. Menyimak muasal masyarakat Tengger dari kisah Roro Anteng dan Joko Seger, sekaligus menikmati seni budaya yang turut ditampilkan dalam rangkaian Eksotika Bromo 2019,” bebernya.

Kepala Bidang Pemasaran I Area Jawa Kemenpar Wawan Gunawan menambahkan, kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) semakin mudah dikunjungi, karena akses menuju lokasi sudah sangat baik. Dalam hal amenitas, wisatawan tak perlu khawatir karena banyak sekali warga sekitar yang menyulap rumahnya menjadi homestay.

“Kawasan TNBTS biasa diakses melalui Bandara Abdulrachman Saleh, Malang, dan dilanjutkan perjalanan darat ke Bromo sekitar 2,5 sampai 3 jam. Selain itu, dari sisi atraksi dan amenitas juga tersedia banyak pilihan. Wisatawan tak akan bosan berkunjung ke tempat ini,” tegasnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya sepakat, pariwisata selalu memberi dampak luas. Khususnya bagi perekonomian warga sekitar. Bagi negara, pariwisata bahkan menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar.

“Eksotika Bromo akan terus menjadi event tahunan yang berpotensi mendatangkan banyak wisatawan. Sejak dulu, sudah banyak turis asing yang mengunjungi bromo. Perputaran uangnya cukup tinggi di sini,” tandasnya.
(*)