Rahasia Kebugaran Timnas U-15

Satu hal yang sering disebut pelatih tim nasional Indonesia U-15, Bima Sakti, selama berlangsungnya Piala AFF U-15 2019 adalah program pemulihan yang wajib diikuti setiap pemainnya ketika hari non-pertadingan.

Hal ini menjadi salah satu fokus Bima, sebab dalam fase grup turnamen ini, Timnas U-15 harus menghadapi jadwal ketat atau bermain dua hari sekali. Dari rentang waktu 27 Juli hingga 4 Agustus 2019, Garuda Asia telah bermain sebanyak lima kali.

Pelatih Timnas U-15, Bima Sakti, mengatakan para pemain harus diberikan pemahaman sedari dini tentang pentingnya recovery. Sebab, kebanyakan dari mereka rutin melakukan program recovery di ketika berada Timnas.

“Kita harus menanamkan pemahaman yang baik kepada anak-anak tentang menjadi pemain sepak bola profssional. Mereka bukan sekadar hanya main sepak bolanya saja, tapi juga harus paham hal-hal yang menjadi pendukung berkegiatan sepakbola mereka,” kata Bima.

Pada hari libur pertandingan, Timnas U-15 selalu dibagi menjadi dua grup. Mereka yang bermain pada hari sebelumnya, dan mereka yang tidak bermain. Di samping itu, Bima juga memiliki metoda latihan khusus agar anak-anak tetap berlatih tapi tidak tertekan dan stress.

“Anak-anak kita berikan juga permainan-permainan dalam latihan. Ini bertujuan agar mereka tidak stres dan secara tidak langsung juga mengasah kekompakan dan kebersamaan mereka,” tambahnya.

Selain program latihan ringan yang menyenangkan untuk menjaga kondisi fisik dan mental anak-anak, di sela-sela libur pertandingan, Bima juga selalu mewajibkan terapi es. “Setelah latihan, mereka saya wajibkan untuk ikut program untuk kebutuhan otot mereka yang lelah, yakni berendam dalam bak berisi es di hotel,” kata Bima.

Berendam es yang dimaksud Bima ini dikenal dengan sebutan krioterapi. Kegiatan ini menjadi hal yang lumrah dilakukan para atlet-atlet top professional di penjuru dunia, termasuk para pesepakbola. Menurut Dokter Timnas U-15, Ifran Akhmad, suhu dingin membantu para atlet mengurangi lelah otot karena aktif berolahraga.

“Otot-otot pemain yang tegang akan menjadi rileks dalam suhu yang dingin. Krioterapi juga dapat melancarkan proses peredaran darah pada tubuh mereka,” kata Ifran.

Ifran menambahkan, krioterapi dapat mengurangi tingkat stress pada sel-sel otot para atlet. “Setelah pertandingan atau setelah latihan, kita memberikan terapi es bagi para pemain untuk mengurangi cedera dan kelelahan  atau muscle fatique,” kata Ifran.

“Es memiliki efek mengecilkan pembuluh darah. Jadi dapat mempercepat aliran darah kembali ke jantung, sehingga pertukarannya lebih cepat. Kemudian darah yang mengandung banyak oksigen bisa lebih cepat tersalurkan ke daerah-daerah yang membutuhkan. Itu akan bagus untuk membantu recovery lebih cepat,” tutur Ifran.

Setelah beraktivitas berat, kata Iran, asam laktat banyak terbentuk di tubuh. Terapi es bisa merangsang pertukaran dan aliran darah yang banyak mengandung oksigen dan menghilangkan plak-plak asam laktat sehingga pegal-pegal berkurang serta nyeri akibat cedera juga bisa berkurang.

“Tujuan dari program recovery pada setiap hari non-match day ini adalah seminimal mungkin tidak membuat performa mereka drop banget dan siap untuk pertandingan selanjutnya,” tutup Ifran.

Dalam penjelasannya, Ifran menekankan bahwa terapi es ini satu dari banyak faktor perangsang recovery pada atlet. Pada akhirnya, kata Ifran, pemulihan juga akan bergantung pada kualitas tidur para atlet.

“Jadi kalau bicara recovery, tidur itu hal paling penting. Lalu ada hal lainnya seperti kebutuhan gizi makanan, bantuan sport massage dan fisioterapi. Insha Allah ketika hal-hal ini semua berjalan dengan baik, atlet bisa jauh lebih bugar dan siap untuk pertandingan selanjutnya,” jelas Ifran. (pssi)