Indonesia – Uni Emirat Arab Jajaki Pengarusutamaan Islam Wasathiyah dan Pengembangan Madrasah

Abu Dhabi – Pemerintah Indonesia dan Uni Emirat Arab (UEA) menjajaki kerjasama terkait pengarusutamaan Islam Wasathiyah dan Pengembangan Madrasah. Hal ini disampaikan Sekretaris Jenderal Kementerian Agama M. Nur Kholis Setiawan di sela kunjungan kerjanya, di Abu Dhabi, Uni Emirat Arab. Sekjen Kemenag yang didampingi Kasubdit Kelembagaan dan Kerjasama Madrasah Abdullah Faqih, menjadi perwakilan Kementerian Agama dalam Delegasi Republik Indonesia ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab.

Tim yang melakukan kunjungan kerja sejak 15 hingga 18 September 2019 ini dipimpin oleh Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan. Nur Kholis menyampaikan, turut serta dalam kunjungan kerja tersebut Tenaga Ahli Madya Kedeputian V Kantor Staf Presiden Munajat, dan pakar matematika dan fisika Yohanes Surya.

Menurut Nur Kholis, tim  ini membawa misi penting untuk menjajaki kerjasama pada bidang energi, pertahanan, pendidikan, dan keagamaan. “Ada dua misi Kemenag ikut dalam rangkaian kunker ini. Pertama, tentang pentingnya kerjasama pengarusutamaan Islam Wasathiyah dan kedua, terkait pengembangan penerapan sistem e-learning untuk diterapkan di Indonesia termasuk madrasah,” kata M. Nur Kholis, Selasa (17/09).

Nur Kholis menyampaikan sejumlah program digagas untuk memulai kerjasama pengarusutamaan islam wasathiyah. Satu di antaranya adalah pengiriman imam masjid dari Indonesia untuk ditempatkan di sejumlah masjid di negara UEA.

Bahkan pemerintah UEA  menurut Nur Kholis juga berkomitmen untuk memberikan bantuan  pembangunan masjid di Indonesia sebagai pusat pengarusutamaan Islam Wasathiyah. “Masjid ini akan menjadi Center of Wasathiyah Islam di Indonesia. Sejumlah program dan kegiatan pengarusutamaan Islam Wasathiyah akan dilaksanakan di masjid tersebut,” tutur Nur Kholis.

Selanjutnya, Nur Kholis menyampaikan Indonesia dan UEA sepakat untuk membuat pilot project penerapan sistem e-learning yang akan menyasar sekitar 30ribu siswa kelas 7 Madrasah Tsanawiyah (MTs) di Indonesia. Hal ini termasuk dalam kerjasama bidang penjaminan mutu pendidikan Islam.

“Ada dua mata pelajaran yang akan menjadi pilot project ini. Yaitu, matematika dan bahasa Arab,” kata M. Nur Kholis.

Menanggapi hal tersebut, Pakar Matematika dan Fisika Yohanes Surya menjelaskan bahwa sementara pemerintah UEA akan menyediakan platform yang sudah diterapkan di negara tersebut,  Pemerintah Indonesia akan bertanggung jawab tentang pengembangan konten.

“Konten pembelajaran di sistem tersebut menjadi tanggung jawab kita. Saya bersedia membantu mengembangkan konten pembelajaran matematika di madrasah yang mudah dan menarik dengan mengedepankan aspek HOTS,” kata Yohannes Surya. (Kemenag)