Perkuat Amenitas Labuan Bajo, Kemenpar Pasang Homepod

LABUAN BAJO – Kementerian Pariwisata tidak pernah berhenti membangun destinasi super prioritas. Kali ini, yang menjadi perhatian adalah Labuan Bajo. Konsepnya, nomadic tourism. Di tempat ini, Kemenpar membangun homepod.

Rencananya, homepod akan dibangun di Desa Wisata Liang Ndara, Kecamatan Mbeliling, Kabupaten Manggarai Barat, Labuan Bajo, NTT. Launchingnya dilakukan 20 September nanti.

“Homepod digunakan sebagai solusi sementara untuk selamanya,” tutur Deputi Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Pariwisata Dadang Rizki Ratman, Selasa (17/9).

Homepod yang dibangun terdiri dari dua lantai. Dilengkapi juga dengan fasilitas Televisi, AC, Pemanas, dan lain sebagainya.

“Mengapa kita membangun Homepod di Desa Wisata Liang Ndara? Karena kita ingin mempromosikan desa wisata Liang Ndara. Desa ini menjadi salah satu desa wisata percontohan di Labuan Bajo. Percontohan untuk mengembangkan konsep Nomadic Tourism,” timpal Asdep Pengembangan Destinasi Regional III Kemenpar Harwan Eko Cahyo

Harwan menambahkan, ada alasan lain menjadikan Liang Ndara lokasi Homepod. Alam dan budaya Liang Ndara eksotis. Sangat mendukung para wisatawan semakin dekat dengan alam. Di Liang Ndara, wisatawan akan mendapat experience lebih.

Pembangunan ini juga sejalan dengan dinaikkannya status Destinasi Wisata Labuan Bajo. Dari Destinasi Pariwisata Prioritas menjadi Destinasi Pariwisata Super Prioritas oleh Presiden Joko Widodo. Penetapan dilakukan dalam rapat terbatas tanggal 15 Juli 2019 di Istana Negara.

“Penetapan dimaksudkan untuk lebih mempercepat pembangunan Labuan Bajo menjadi destinasi berkelas dunia. Atau, menjadi destinasi pariwisata premium. Yang nantinya diharapkan akan meningkatkan jumlah kunjungan wisman ke Labuan Bajo. Sekaligus menjadi sumber devisa bagi negara,” paparnya.

Dia mengatakan, pembangunan ini sekaligus respon atas tingginya kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo.

“Kita melihat jumlah kunjungan wisatawan ke Labuan Bajo sepanjang 2018 cukup tinggi. Oleh karena itu, kita menawarkan homepod. Dan amenitas ini bisa menjadi alternatif. Khususnya buat para wisatawan nomadic. Yang memiliki mobilitas tinggi,” papar Harwan.

Jumlah kunjungan wisman ke Labuan Bajo tahun 2018 sebesar 91.330 dan wisatawan nusantara 71.132. Sementara untuk tahun 2019, kawasan ini diproyeksikan bisa menghadirkan 500.000 wisman, dan 1.000.000 wisnus.

Ditambahkan Harwan, peran aktif Kadisparbud Manggarai Barat, Augustinus Rinus, dalam merespon program pusat patut diberikan acungan jempol. “Penentuan lokasi homepod ikut dikoordinasikan dengan Kadisparbud Manggarai Barat. Kadisparbud Augustinus sangat mendukung pengembangan Manggarai Barat,” tambahnya.

Menteri Pariwisata Arief Yahya, sangat mendukung pembangunan yang dilakukan di destinasi super prioritas. Apalagi, perhatian penuh telah diberikan Presiden Joko Widodo.

Namun, menteri asal Banyuwangi itu mengingatkan kunci keberhasilan pengembangan destinasi.

“Saya sering mengatakan, kunci kesuksesan pengembangan destinasi wisata adalah 3A, yaitu atraksi, aksesibilitas, dan amenitas. Namun, melengkapi tiga komponen ini bukanlah pekerjaan yang gampang,” paparnya.

Menurutnya, untuk mengembangkan amenitas kita harus menunggu aksesibilitas. Namun, setelah aksesibilitas seperti bandara dan jalan terbangun, masih butuh waktu 4-5 tahun untuk membangun hotel berbintang.

Lantas apa solusinya? Dengan lugas menteri lulusan Telematika di University of Surrey itu mengatakan nomadic tourism.

Dijelaskannya, solusi tercepat adalah membangun amenitas ala nomadic tourism. Karena, sifatnya bisa dipindah-pindah. Bentuknya bermacam-macam. Akomodasi yang paling mobile adalah karavan, hotel di atas mobil, atau bisa kita sebut “hotel mobil”. Hotel karavan ini bisa berpindah harian atau mingguan, untuk mencari spot-spot terindah di suatu destinasi wisata.

Ada juga glam camp (glamour camp), yaitu tempat camping tapi dengan fasilitas akomodasi kelas bintang.

“Glamping (glamour camping) kini menjadi tren berlibur gaya baru di seluruh dunia. Wisatawan bisa mendapatkan pengalaman menyatu dengan alam. Tapi, tetap mendapatkan layanan akomodasi layaknya di hotel berbintang,” jelasnya.

Amenitas lain yang bisa dibangun adalah homepod atau “rumah telur”. Karena, sifatnya juga portable. Homepod adalah bangunan ini semi-fixed. Beratnya sekitar 2 ton dan bisa dibongkar pasang. Konsep inilah yang dibangun di Labuan Bajo.

“Kalau tiga jenis nomadic accommodation di atas bisa portable, maka saat membangun kita tidak perlu berfikir dan tak perlu begitu banyak pertimbangan seperti ketika membangun hotel yang permanen. Toh, kalau karavan atau homepod nya di suatu spot destinasi wisata tidak cocok dengan mudah kita bisa memindahkannya,” jelasnya.

Hal ini berbeda dengan membangun hotel. Ketika hotel sudah dibangun dan ternyata destinasinya sepi, otomatis hotelnya ikutan sepi. Karena untuk membangun hotel dibutuhkan banyak pertimbangan dan feasibility studies yang memakan waktu.