PKS Minta Erick Thohir Fokus Sehatkan BUMN

Jakarta – Anggota Komisi VI DPR RI Nevi Zuairina meminta dalam waktu satu tahun ke depan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir fokus untuk lebih menyehatkan 10 perusahaan “plat merah” yang memiliki utang terbesar.

Kesepuluh BUMN dimaksud yaitu PT. Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT. Bank Mandiri Tbk, PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BNI), PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN), Pertamina, PT. Bank Tabungan Negara Tbk (BTN), Taspen, PT. Waskita Karya Tbk, PT. Telekomunikasi Indonesia Tbk dan PT. Pupuk Indonesia.

Menurut politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu, BUMN dengan utang terbesar itu, merupakan perusahan-perusahaan besar yang menjadi andalan negara.

“Perusahaan Perbankan, Energi, Telekomunikasi dan Infrastruktur, semua adalah andalan negara sebagai wajah kekuatan bangsa dalam mengelola sumber daya. Ini perlu penyehatan yang kuat agar lebih mandiri, merdeka dari hutang sehingga mampu memberikan kontribusi dan manfaat sebesar-besarnya untuk mayoritas rakyat Indonesia,” kata Nevi, dalam rilisnya, Senin (4/11/2019).

Anggota DPR RI dari daerah pemilihan Sumatera Barat I itu mengingatkan agar Kementerian BUMN terus waspada terhadap utang BUMN ini.

Data lima tahun terakhir mengungkap bahwa utang BUMN telah melonjak sangat besar. Pada Juli 2019, Utang Luar Negeri (ULN) BUMN Indonesia mencapai USD52,8 milyar. “Meski utang-utang BUMN ini masih belum mengganggu arus kas, namun keadaan ini sangat mengkhawatirkan karena akan berdampak pada adanya risiko kontijensi atau ketidakpastian untuk RI,” ujarnya.

Menurutnya, utang luar negeri BUMN telah mengalami peningkatan sehingga tergambar sebagai tren. Kenaikan lebih dari USD6,3 miliar atau sekitar 13,8 persen hanya dalam waktu enam bulan saja di periode Januari sampai Juli 2019. “Angka ini memiliki proporsi sebesar 26,7 persen bila dibandingkan dengan total utang luar negeri swasta pada Juli 2019,” imbuhnya.

Hingga saat ini ujarnya, hutang dan kinerja buruk BUMN menjadi salah satu faktor mengapa hanya 2 BUMN Indonesia yang berhasil menembus deretan 500 perusahaan terbesar di dunia versi majalah Fortune. Padahal, Indonesia memiliki size ekonomi di peringkat 16 besar dunia dalam kategori Negara dengan perekonomian terbesar. Indonesia pun masuk anggota G20.

“Dengan Produk Domestik Bruto (PDB) senilai USD862 miliar (tahun 2016), diperkirakan tahun 2030 nanti ekonomi Indonesia akan menduduki ranking 7 besar dunia, sejajar dengan Amerika Serikat dan China,” katanya.

Sayangnya sambung Nevi, size korporat (BUMN) tak merefleksikan size ekonomi Nasional yang besar itu. Dari ratusan BUMN, hanya Pertamina dan PLN yang masuk majalah Fortune 500. Sayangnya, BUMN harusnya cerminan aset yang dibanggakan sebuah Negara. Kemajuan pembangunan dan kesejahteraan rakyat di sebuah Negara, ditandai dengan performa BUMN-nya sebagai The True Player In The World.

“Untuk mengurus BUMN ini, Menteri BUMN perlu dukungan banyak pihak, karena ini sebagai salah satu penyebab, apakah negara akan maju atau akan hancur tergantung cara mengelolanya. Utang memang tidak salah, tapi harus tetap waspada. Bukan saja masalah harga diri bangsa, namun ini menyangkut masa depan seluruh rakyat Indonesia,” pungkasnya.