Presiden Senegal, Macky Sall memberikan apresiasi tinggi atas dukungan Indonesia dalam pembangunan infrastruktur di Senegal

Senegal​ – Menlu RI, Retno L.P. Marsudi bertemu dengan Presiden Senegal, Macky Sall pada hari Senin, 2 Desember 2019 di Dakar, Senegal. Menlu Retno dan Presiden Senegal Macky Sall telah membahas sejumlah isu peningkatan kerja sama bilateral di bidang infrastruktur, industri strategis, pertambangan dan ekonomi.

Presiden Macky Sall menyampaikan penghargaannya kepada Indonesia yang telah melakukan kerjasama ekonomi dengan Senegal yaitu rencana pembangunan gedung multi fungsi Menara Goree (Tour de Goree) dan penjualan pesawat CN-235. Presiden Sall sepakat dengan Menlu Retno untuk terus meningkatkan kerja sama dalam berbagai proyek di masa depan. Menlu Retno juga meminta kepada Presiden Senegal untuk memberikan kemudahan pemberian visa termasuk kepada kalangan swasta yang meningkat kunjungannya ke Senegal, seiring meningkatnya kerja sama ekonomi kedua Negara.
Setelah pertemuan, Menlu Retno bersama Menteri PSE/Bappenas Senegal menyaksikan penandatanganan Kontrak Tahap 1 (satu) proyek Tour de Goree dimaksud yang disepakati pada Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue pada bulan Agustus 2019 lalu. Penandatangan dilakukan antara PT WIKA dengan pihak Senegal menjadi kick-off dimulainya pelaksanaan proyek senilai Euro 250 juta tersebut. Tour de Goree merupakan awal dari sejumlah kerja sama proyek infrastruktur antara Indonesia dan Senegal.
Di sela-sela pertemuan di Senegal, sejumlah BUMN dari PT WIKA, PT Dirgantara Indonesia, PT Timah dan Indonesia Eximbank yang turut mendampingi kunjungan Menlu ke Dakar juga melakukan serangkaian pertemuan dalam bidang infrastruktur, pertambangan dan industri strategis yang pembahasannya berlanjut hingga tanggal 3 Desember 2019.
Peluang kerja sama yang telah ditawarkan oleh pihak Senegal antara lain pembangunan jembatan, renovasi bandara militer, peluang pembelian berikut pesawat CN-235, serta pembahasan kerjasama pertambangan seperti fosfat. Pembahasan lebih rinci akan terus dilakukan khususnya skema keuangan untuk pembiayaan proyek-proyek dimaksud.
Pada kunjungan ini, Menlu Retno juga telah berbicara pada konferensi internasional yang diselenggarakan oleh Pemerintah Senegal bekerja sama dengan IMF mengenai pembangunan berkelanjutan. Menlu Retno, merupakan satu-satunya Menteri Luar Negeri yang diundang sebagai salah satu panelis untuk berbagi kisah sukses kerja sama pembangunan dan investasi Indonesia dengan berbagai negara di Afrika serta kebijakan ekonomi Presiden Joko Widodo yang dinilai berbagai pihak di Afrika dapat menjadi “lessons learned” sangat baik.
Di sela-sela konferensi, Menlu Retno juga telah berbicara dengan Presiden Burkina Faso, Roch Marc Christian Kaboré yang mengundang Indonesia melakukan kerja sama dalam sejumlah proyek infrastruktur prioritas negaranya.
Menlu sempat berbicara dengan PM Mali, Boubou Cisse, membahas mengenai pentingnya penciptaan perdamaian dan keamanan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.
Menlu juga mengadakan pertemuan dengan Deputi Sekretaris Jenderal PBB, Amina Mohammed guna membahas isu sustainable development goals, women empowerment dan perubahan iklim. Disepakati pentingnya pembahasan lintas sektor dan kolaborasi dalam menghadapi isu sumber energi terbarukan, peningkatan partisipasi generasi millennials dan perempuan di berbagai platform serta  mendorong percepatan upaya dan kebijakan untuk mencapai tujuan SDGs 2030.
Kunjungan tersebut merupakan kunjungan pertama Menlu RI ke Afrika di masa kabinet Indonesia Maju. Pada periode pemerintahan Presiden Joko Widodo sebelumnya, Menlu Retno telah melakukan kunjungan ke beberapa negara Afrika, seperti Afrika Selatan, Pantai Gading, Mozambik, dan Nigeria.
Rangkaian kunjungan ini merupakan penjabaran dari visi dan misi Presiden Joko Widodo untuk diantaranya meningkatkan peran ekonomi Indonesia di tingkat global seperti di Afrika.  Atas dasar visi dan misi Presiden tersebut, diplomasi ekonomi menjadi prioritas utama politik luar negeri Indonesia di masa kabinet Indonesia Maju 2019-2024 dengan menembus pasar non-tradisional. Ikatan sejarah yang kuat antara Indonesia dengan Afrika sejak Konferensi Asia Afrika 1955 terus meningkat dan bertransformasi menjadi kerja sama ekonomi konkret yang saling menguntungkan.
Pada tahun 2018 telah diselenggarakan Indonesia-Africa Forum yang dilanjutkan dengan Indonesia-Africa Infrastructure Dialogue di tahun 2019. Dalam kedua kegiatan tersebut telah dilakukan pembahasan kerja sama perdagangan barang dan jasa guna memperkuat ekspor dan memperluas market access melalui pembentukan Preferential Trade Agreement (PTA) serta di bidang investasi termasuk pembangunan infrastruktur dan ekspor produk industri strategis, pertambangan dan energi serta memperkuat infrastruktur diplomasi Indonesia di Afrika.