LTMPT: Aktuaria, Program Studi Baru yang Jadi Favorit Calon Mahasiswa

Jakarta – Ketua Pelaksana Eksekutif Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT), Budi Prasetyo Widyobroto mengatakan, tahun ini tren program studi favorit yang menjadi pilihan calon mahasiswa belum bergeser dari tahun-tahun sebelumnya. Namun dalam 2-3 tahun terakhir ini ada program studi (prodi) yang tergolong baru, dengan peminat yang tinggi, yaitu Aktuaria.

“Aktuaria itu sudah jadi (prodi) favorit. Jumlah pendaftarnya tinggi. Sebenarnya Aktuaria itu gabungan antara akuntansi dengan matematika. Sifatnya itu bicara data, banyak statistik, kemudian memprediksi. Aktuaria banyak digunakan untuk asesmen asurasi, dan sebagainya,” ujar Budi Prasetyo di Kantor Kemendikbud, Jakarta, (22/1/2020).

Aktuaria adalah ilmu tentang pengelolaan risiko keuangan di masa yang akan datang. Ilmu aktuaria merupakan kombinasi antara ilmu tentang peluang, matematika, statistika, keuangan, dan pemrograman komputer. Beberapa perguruan tinggi yang sudah membuka program studi Aktuaria antara lain Universitas Indonesia (UI), Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Universitas Padjadjaran (Unpad). Dalam Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) yang diselenggarakan LTMPT , prodi Aktuaria masuk ke dalam kelompok ujian Sains dan Teknologi (Saintek).

Sementara untuk program studi yang sudah lama dikenal masyarakat dan masih menjadi favorit, trennya belum bergeser. Di Kelompok Saintek, misalnya, Budi menuturkan, prodi Kedokteran dan Teknologi Informasi masih menjadi favorit. Selain itu bidang teknik juga masih diminati banyak calon mahasiswa, seperti Teknik Industri, Teknik Sipil, dan Teknik Elektro.

Budi Prasetyo menambahkan, prodi favorit di Kelompok Sosial dan Humaniora (Soshum) relatif belum bergeser dari ilmu ekonomi, seperti Manajemen dan Akuntansi. Kemudian di bidang sosial dan ilmu politik, prodi favorit yaitu Hubungan Internasional, Komunikasi, Hukum, dan Psikologi.

Menurut Budi, pada dasarnya semua program studi bagus. Namun setiap individu atau lulusannya harus punya nilai tambah agar memiliki keunggulan dibanding yang lain. Ia mencontohkan salah satu bidang strategis yang dimaksud yaitu Sastra Nusantara. “Kalau diikuti soft skills-nya , ditambah belajar bahasa Inggris sendiri, kemudian bisa menari dan sebagainya, akan memiliki nilai tambah. Saya punya adik-adik binaan yang mengambil Sastra Nusantara. Begitu lulus, dia kerja di luar negeri, di kantor-kantor kedutaan, karena dia bisa memiliki nilai lebih, ada nilai budaya,” katanya.

Budi menuturkan, pada tahun ini ada 85 perguruan tinggi negeri (PTN) yang terdaftar dalam LTMPT. Dari 85 PTN itu, 11 di antaranya merupakan Perguruan Tinggi Agama Islam atau Universitas Islam Negeri (UIN). “Mulai tahun 2020 ini bertambah ada Universitas Terbuka (UT) yang baru bergabung, tapi hanya ikut di Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN). Itu pun hanya untuk dua program studi yang berhubungan dengan teknologi informasi dengan total daya tampung hanya 50 orang,” tuturnya.

Jika Universitas Terbuka hanya ikut di SNMPTN, berbeda dengan UIN yang bisa ikut di SNMPTN maupun Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN). Namun UIN hanya bisa ikut SNMPTN dan SBMPTN untuk bidang studi atau program studi umum. “Jadi (prodi) yang khusus keagamaan tidak ikut kita,” kata Budi. Beberapa UIN yang sudah bergabung dengan LTMPT antara lain UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, UIN Sunan Ampel Surabaya, dan UIN Sultan Syarif Kasim Riau.

Budi mengatakan, saat ini LTMPT sedang mengusahakan sinergisitas agar politeknik juga bisa bergabung dengan LTMPT. LTMPT akan mengkaji harmonisasi peraturannya terlebih dahulu. Ia menuturkan, saat ini dalam Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Permenristekdikti) Nomor 60 Tahun 2018 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi Negeri, politeknik belum bergabung dengan LTMPT. (kemendikbud)