Fahri Hamzah Bilang Mental Malah Tambah Rusak Di Zaman Ini

Jakarta, liputan.co.id – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah hadir di tengah lautan ribu massa yang menggelar aksi peringatan hari buruh internasional (May Day), di depan Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Selasa (1/5/2018).

Dalam orasinya, Fahri mengatakan peringatan May Day mengingatkan langsung kepada kaum industri, kapitalis, hingga politisi akan eksistensi buruh. Ini juga sebagai momentum bagi parah buruh untuk menentukan sikap.

“Di May Day, buruh tampil menunjukkan eksistensinya, bahwa harga diri buruh lebih penting dari industri,” kata Fahri, dihadapan ribuan serikat pekerja yang tergabung dalam Federasi Serikat Pekerja Logam, Elektronik, Mesin Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (FSP LEM SPSI), di depan gerbang Gedung DPR RI, Senayan, Jakarta.

Fahri mengatakan, hal yang wajar jika buruh menyampaikan aspirasinya dan tampil untuk eksistensinya di peringatan buruh internasional ini. “Hei industri, hei kaum kapitalis, hei kaum politik, kami buruh adalah lebih penting daripada uang kalian,” ungkap Fahri, mengutip pernyataan para buruh.

Ditegaskan Fahri, harga diri buruh perlu dijaga, yakni dengan cara memberi penghidupan yang layak, juga kehormatannya. “Jaga harga diri buruh, jaga harga diri hidupnya, jaga kehormatannya, jaga supaya tegak tulang punggungnya,” tegasnya.

Dalam orasinya, Fahri juga sempat menyinggung program revolusi mental yang kerap digadang-gadang Presiden Joko Widodo, yang salah satunya menyebutkan bahwa harga diri manusia lebih penting daripada uang.

“Saya harus juga mengingatkan jika harga diri buruh lebih penting daripada uang. Manusia lebih penting daripada uang, dulu katanya revolusi mental, mental malah tambah rusak di zaman ini,” kritisi politisi dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) itu.

Selain Fahri, sejumlah Anggota DPR RI juga hadir di tengah ribuan masa yang menggelar aksi, antara lain Wakil Ketua DPR RI Fadli Zon, Ketua Komisi IX DPR RI Dede Yusuf, Anggota Komisi I DPR RI Jazuli Juwaini, dan Anggota Komisi III DPR RI Muhammad Syafi’i.

Komentar