Fahri Hamzah: Presiden Kita Tak Tahu Ada Perang Narkoba

Jakarta, liputan.co.id – Memasuki tahun baru 2018, Indonesia dibanjiri oleh masuknya narkoba jaringan internasional. Berkat kesigapan petugas, barang haram itu ditangkap aparat gabungan Kepolisian dan Bea Cukai. Tangkapan pertama 1 ton di Batam, yang kedua 1,6 ton pekan lalu juga di Batam dan ketiga kemarin sekitar 3 ton juga di perairan yang sama, yakni Batam Kepri.

Menanggapi ini, Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah lewat pesan singkatnya yang diterima wartawan, Minggu (25/2), mengaku sangat prihatin karena dalam suasana perang narkoba, presiden tidak tahu.

“Kita kehilangan panglima, kita tidak punya pemimpin, presiden kita tidak tahu bahwa ini ada perang. Invasi kepada Indonesia melalui semua jalur telah terjadi,” kata politisi dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu.

Menurut Fahri, invasi ekonomi, invasi ideologi, invasi pollitik, dan ini didalamnya termasuk invasi produk-produk berbahaya, baik karena efek dari open sky, juga karena efek dari adanya negara-negara yang memiliki kebijakan untuk melancarkan perang candu, mengirim produk-produk berbahaya kepada Indonesia supaya bangsa ini nanti lumpuh.

“Nah, dalam suasana perang seperti ini, mana presidennya, dan apa komandonya? Kita tidak meminta presiden kita bertindak seperti Duterte membunuh orang. Karena itu juga tidak boleh melanggar hukum dan HAM, ditentang oleh konstitusi kita,” ujarnya lagi.

Tapi paling tidak, menurut Fahri bangsa ini punya arah sehingga tidak saja setiap orang, setiap keluarga, setiap pejabat, setiap penegak hukum itu harus tahu mesti berbuat apa, untuk menjaga agar bangsa ini tidak menjadi bagian dari gurita bisnis narkoba dunia sekarang yang telah menjadikan Indonesia sebagai pasar yang paling dominan.

Bahkan yang menyedihkan dan mengerikan, lanjut Fahri, lama-lama melihat jumlah konsumen narkoba di Indonesia ini dan jumlah transaksi ekonominya mengkhawatirkan, sampai-sampai nanti uang haram ini mulai masuk ke darah negara, darah pejabat, darah pemerintah. Sehingga akan mulai terjadi penyimpangan secara mendasar dari garis-garis cita-cita nasional yang pada dasarnya melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.

“Dengan besarnya jumlah konsumen barkoba, maka upaya kita mencerdaskan kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, ikut serta dalam perdamaian dunia yang berdasarkan pada perdamaian abadi yang berkeadilan sosial, semuanya menjadi hancur lebur karena narkoba semakin mengerikan,” ucapnya.

Komentar