Pengamat: Kader Jangan Berharap Diusung Golkar

Jakarta, Liputan.co.id – Direktur Eksekutif Voxpol Center Reseach and Consulting, Pang Syarwi Chaniago menilai Partai Golkar sudah menggeser orientasinya dari semula memprioritaskan kadernya maju di Pilkada menjadi pragmatis dan transaksional mengusung calon kepala daerah padat modal.

Akibatnya menurut Pangi, dialektika meritokrasi relatif tidak berjalan di internal partai berlabang pohon beringin itu.

“Dialektika meritokrasi, sekilas, tidak berjalan dalam internal Golkar kekinian. Artinya, kader ideologis dengan elektabilitas tinggi sekalipun jangan berharap diusung DPP Golkar,” kata Pangi kepada wartawan di Jakarta, Selasa (31/10/2017).

Bupati Purwakarta Dedy Mulyadi sekaligus Ketua Golkar DPD setempat, lanjutnya, menjadi contoh sikap DPP Golkar terkini. Dalam Pilkada Jawa Barat, misalnya, Golkar justru mengusung Wali Kota Bandung, Ridwan Kamil. “Alasannya, mungkin Partai Golkar berpendapat, Golkar tidak akan menang dengan mengusung Dedi Mulyadi,” kata Pangi.

Strategi politik yang dipakai Golkar lanjutnya, menjalankan pendekatan lokomotif atau Bandwagon Effect di mana Golkar mengusung calon yang punya potensial menang dalam setiap perhelatan kontestasi elektoral. ini terjadi kata dia, lebih dikarenakan Golkar berkaca pengalaman bahwa banyak kader ideologis kalah sewaktu diusung menjadi kandidat kepala daerah.

“Tetapi, semua itu, preseden buruk bagi kelanjutan Partai Golkar terutama dalam waktu dekat yaitu Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Tradisi buruk itu tentu menularkan trauma politik sehingga para kader ideologis mulai berhitung dan punya kalkulasi politik sehingga tidak all out lagi berjuang untuk partainya,” pungkas Ipang.

 

Komentar